Rabu, 18 Juni 2014

Sayang kamu Selalu Rizka Permatasari Sukardji

Sebagai seorang manusia aku salut dengan perjuanganmu
sebagai seorang lelaki aku mengagumi tekad kuatmu
sebagai seorang pacar aku tak percaya kau tega
sebagai seorang calon pasangan hidup aku kecewa dengan keputusanmu

tapi asal kau tahu, aku masih menyayangimu, aku masih menginginkanmu, aku masih ingin kau tetap ada disampingku.
tapi apakah dirimu sendiri masih memberikan harapan untuk akku kembali, sedangkan aku tahu kau memperjuangkan perasaanmu yang dalam padanya walau kau berjalan denganku?

kukira pengembaraanku telah berakhir, tapi ternyata? memang aku hanya bisa berharap dan terus berharap tanpa dapat menggapai apa yang ku harapkan

:)
Semoga kau bahagia dengan perjuangamu, aku disini hanya bisa melihatmu, memandangmu, dan mendoakanmu untuk yang terbaik.

Salam sayang selallu
Risnuta

Kamis, 10 April 2014

Belum Membuatmu Bahagia

ehm.,.cuman mau sedikit berbagi rasa saja.
hanya terasa aneh,

ku senang melihat dirinya, melihat senyum diwajahnya, itu cukup membuat hari-hari ku yang lelah berubah menjadi indah, tapi disatu sisi hal itu juga membuat perih namun tak terluka tubuh ini saat melihat dirinya tersenyum bukan karena ku.

bukannya aku tidak suka saat melihat dirimu bahagia dengan yang lain, namun aku kadang merasakan lemah, tak berdaya, dan tak mampu untuk membuat dirimu bahagia saat ku melihat kau tersenyum karena orang lain namun bukan karena diriku, mungkin aku yang masih belum bisa membuat mu tersenyum.
aku terdiam saat kau disampingku bukan berarti aku tak menginginkanmu, hanya ku sedang menikmati waktu bersama kita, walau hanya dengan melihat wajahmu itu sudah cukup bagiku untuk membuat diriku senang, namun ternyata keegoisan ku ini yang mungkin membuatmu jenuh.

maaf ya sayang, ku masih belum bisa membuat dirimu senang saat kau bersamaku, ku masih belum membuat dirimu bahagia saat kau disampingku.

maaf ya sayank

ketidakpekaanku

Entah apa ini namanya, sakit tapi ga luka, perih tapi tak ada daging yang terkoyak, sesak namun bernafas normal.
Beberapa bulan terakhir ini merasakan terus hal ini, awalnya ku bersikap biasa, hingga akhirnya tak tahan untuk diungkapkan.
Selalu marah jika melihatnya dengan yang lain, selalu curiga tak kenal waktu. Tapi ku harus jadi diriku lagi yang percaya dan terus percaya padanya.
Maaf ya jika sewaktu-waktu jadi marah2 ga jelas hanya karena ngeliat dirimu dengan yang lain, ngambek ga jelas karena ngeliat kmu tertawa bukan karena ku.
Hahahahahaha,,, menjadi terlalu sensitive yang sama sekali tak tahu bahwa ku punya hal itu. Kau yang bertahan dengan segala tingkah bodohku, selalu bertahan dengan keegoisanku, selalu bertahan dengan ketidakpekaanku.
Jika saat ini kau tak ingin ku berada didekatmu karena suatu hal silahkan. Walau perih hati ini tapi ku terima hingga kau kembali disisiku lagi.
Sosok keberadaanku mungkin tak bisa mengisi hilangan sosok mereka dari hidupmu, tapi aku akan disisimu hingga kau benar2 mengusir aku dari hidupmu #lebaydikit.
Kadang ku berfikir bahwa mereka lebih kau sayank dari aku, dan itu terlihat di depan mataku. Maaf jika ku selalu berfikir salah. Tapi wajarkah jika aku cemburu saat kau bersama mereka dan tertawa namun tak seperti itu saat disampingku?
Mungkin aku tak bisa membuat km senang berada disisiku, tapi aku akan berusaha untuk membuat kau tersenyum kepadaku tanpa mereka.
Maaf jika selama ini aku jarang atau bahkan tak pernah membuat kamu bahagia karena ketidakpekaanku dan keegoisanku.
Maaf ya sayank.
(:

Jumat, 01 November 2013

Iter finem et principium scientiae

Terbesit sebuah cahaya dari balik jendela membangunkan dirinya dari lelap mimpi, terasa sudah tertidur puluhan tahun Nuta terbangun ditempat yang sama sekali tidak dikenalnya. Terakhir yang dirinya ingat hanya dirinya terlelap di sebuah kasur yang tidak bisa dibilang nyaman, namun saat ini dirinya terbangun di sebuah kamar sederhana namun mewah, dilengkapi dengan ornamen-ornamen yang belum pernah dilihat olehnya. Disaat dirinya mencoba untuk mengingat-ingat apa yang terjadi terakhir kali saat dirinya sadar terdengar ketukan dari balik pintu dan sebelum dirinya mengeluarkan kata satupun pintu telah terbuka dan dirinya melihat sesosok bayangan yang pernah dia kenal.

"Selamat pagi Nuta, bagaimana keadaan kamu saat ini?" Tanya sosok wanita tersebut.
",,,,"
"Sepertinya, dirimu belum sepenuhnya sadar ya?. Cepatlah bersiap-siap acaranya akan mulai sebentar lagi dan tidak akan pernah mulai jika kau masih disini." Setelah mengucapkannya Wanita tersebut pergi meninggalkan Nuta yang masih diliputi banyak pertanyaan dibenaknya.

Dengan melewati lorong-lorong yang ada dibalik pintu kamarnya, tanpa tujuan pasti ujung lorong akan mengarahkannya ke ruangan yang sama sekali tidak dia kenal. "Dimana aku ini sebenarnya?" Tanya Nuta dalam hati. Namun belum habis kebingungan yang dia rasakan terlihat kembali sosok wanita misterius yang membangunkan dirinya dari tidur lelapnya. Nuta melihat lambaian tangannya yang menyuruh dia mendekat, entah kenapa seperti terhipnotis Nuta mengikuti panggilan tersebut dan menghampiri gadis itu. "Ehm,,,bolehkan aku bertanya sesuatu padamu?" Tanya Nuta saat berada disebelah wanita tersebut.

Namun, ternyata wanita tersebut hanya menjawab dengan senyuman dan berjalan melewati Nuta dengan tenang, seakan-akan dirinya mengajak Nuta untuk mengikuti kemana dia pergi. Dan lagi-lagi Nuta entah mengapa mengikuti langkah kakinya untuk berjalan di belakang wanita tersebut. Namun, ribuan pertanyaan stelah terlintas dibenaknya, "Dimana ini?", "Siapa wanita tersebut?", "Bagaimana dirinya bisa sampai di tempat ini" Pertanyaan-pertanyaan yang selalu dia tanyakan setelah dia terbangun di tempat asing yang tidak pernah dia lihat.

"Silahkan masuk kedalam pintu tersebut." Akhirnya sang wanita tersebut berhenti dan menunjuk suatu pintu didepan mereka.
"Aaa, aku masuk kesana? Ada apa disana?" Tanya Nuta.
Namun, lagi-lagi wanita tersebut hanya tersenyum dan menunjuk pintu tersebut, seakan-akan meminta dirinya untuk membuka pintu tersebut sendiri dan memasukinya. Entah pikiran apa lagi sekarang yang ada didalan benak Nuta. Apapun pikiran, pikiran tersebut tidak menghalangi dirinya untuk maju dan membuka pintu yang ditunjuk oleh wanita misterius itu. Namun, baru selangkah dirinya berjalan dan menoleh kebelakang untuk bertanya pada wanita tersebut bahwa tidak apa-apa untuk membuka pintu tersebut, ternyata yang dilihatnya hanya lorong kosong tanpa ada bekas wanita tersebut ada dibelakangnya untuk mengantarkan dirinya ke Pintu besar ini.

Dengan segenap keyakina, akhirnya Nuta memberanikan diri untuk mendorong pintu tersebut hingga terbuka. Terlihat ruangan yang besar dan dilengkapi dengan meja-meja tinggi serta tempat duduk seperti tempat duduk raja dibalik meja-meja tersebut. Terlihat tidak ada siapapun disana, seluruh mata memandang hanya ada kegelapan yang menyelimuti ruangan tersebut dan juga rasa dingin yang menusuk kulit. bukan karena udara namun "Hawa" dingin yang terpancar dari dalam ruangan tersebut yang menusuk kulit bahkan tulang Nuta.

Selagi matanya memastikan untuk melihat dalam gelap tiba-tiba terbukalah salah satu pintu dan memunculkan beberapa orang masuk dalam ruangan dan disusul oleh pintu-pintu lain yang terbuka serta menambah orang yang berdatanganya hingga seluruh ruangan terasa hangat dan juga terasa sesak. Tanpa Nuta ketahui bahwa mereka ada Petinggi Aspicientis dan juga anggota-anggota kehormatan.

To be continue
Risnuta

Senin, 30 September 2013

Principes Oddities

"Tujuan kita sudah dekat, kita hanya perlu melewati 2 desa lagi baru kita sampai di Terra Officiales", Kata salah satu Petinggi.

Nuta dan yang lainnnya terus berjalan melewati hutan dengan tujuan agar tidak diketahui oleh bangsa Tabellarius dan juga penduduk desa setempat guna memperkecil kerusakan bangsa Tabellarius kepada bangsa lainnya. Selama perjalanan banyak pertanyaan yang ditanyakan Nuta kepada dirinya sendiri. Setelah dialog terakhir dirinya dengan Petinggi 1, Dia tidak pernah lagi berbincang dengan Petinggi 1 ataupun petinggi yang lainnnya. Pernah dia ingin menanyakan sesuatu namun tidak jadi entah kenapa saat ingin menutarakan apa yang ingin ditanyakan mulutnya seperti tersumbat tanpa bisa berkata apa-apa. Dan Sang Petinggi juga tidak pernah mendekatkan dirinya kepada Nuta ataupun Ayahnya.

Di desa terakhir akhirnya mereka (Para Petinggi) berpendapat bahwa mereka harus menginap di desa setempat, alasan pertama karena memang perbekalan mereka habis dan hewan buruan tidak terlihat di hutan, alasan yang lain adalah karena mereka lelah harus istirahat terlebih dahulu guna pertemua besok dengan para petinggi lain. Mendengar alasan-alasan tersebut Nuta sedikit bertanya-tanya dalam hati, untuk alasan pertama memang alasan yang dia fikir masuk akal, namun untuk pertanyaan ke dua, Dia bertanya-tanya dalam hati. Karena, walaupun didalam hutan sekalipun toh mereka cukup istirahat dan cukup nyaman dengan keadaan sekitar perkemahan mereka, kenapa sekarang tiba-tiba para petinggi yang mendampinginya ingin tidur di penginapan yang bahkan terlihat terlalu sederhana di banding losmen tempat mereka menginap pertama kali.

Semua pertanyaa tersebut tidak dia utarakan baik kepada ayahnya maupun kepada para Petinggi, namun dia yakin bahwa ketika salah satu petinggi melihatnya, petinggi tersebut tahu pertanyaan yang ingin dia sampaikan namun dia hanya tersenyum sepintas dan berlalu kembali untuk menuju kamarnya serta kamar para petingginya yang lain. Malam itu tidak seperti malam saat mereka menginap pertama kali, saat ini Para Petinggi memesan 2 kamar, 1 kamar khusus untuk para petinggi dan kamar lainnya untuk dirnya serta Ayahnya.

Namun ternyata keanehan yang di perlihatkan oleh Petinggi bukan hanya kali ini saja, sebelumnya saat masih berjalan dalam hutan, para petinggi beberapa kali terlihat seperti orang lain yang bukan diri mereka. Nuta merasa bahwa perubahan Petinggi terjadi setelah Petinggi 1 memberitahukan fakta yang ada dalam dunia ini, saat pagi menjelang Para Petinggi yang biasa sudah melakukan aktifitas namun ternyata di pagi itu Para Petinggi masih berada di dalam tendanya. Saat ingin membangunkan mereka dia tidak dapat mendekati Tenda para Petinggi, dan saat mereka melanjutkan perjalanan Nuta beberpa kali melihat saat istirahat Para Petinggi masuk kedalam tenda, walau sebelumnya mereka tidak pernah melakukan hal tersebut. Dan 1 lagi keanehan mereka, entah yang dilihatnya nyata atau tidak namun Nuta pernah tidak sengaja melihat salah satu petinggi membunuh dengan kejam hewan yang ada di dalam hutan, bahkan yang lebih mengagetkannya lagi bukan cara Petinggi tersebut membunuh, namun raut wajah yang terpancar saat Petinggi tersebut membunuh dan melihat hewan tersebut saat menjemput ajalnya.

(cont)
Mv ya dikit kondisi badan lagi ga enak
:p

~Risnuta~

Minggu, 22 September 2013

Sebersit Kebenaran Masa Lalu

"Sudah 2 hari kita berjalan dalam hutan, dan perbekalan kita sudah mulai menipis. Ada baiknya kita dirikan tenda untuk beristirahat dan mencari perbekalan terlebih dahulu" Kata salah seorang Petinggi kepada petinggi lainnya.
Petinggi 2: "Baiklah, kalian berdua pergilah untuk mencari perbekalan untuk melanjutkan perjalanan kita, kami akan menunggu disini".
Petinggi 1&3: "Baiklah, kami berangkat terlebih dahulu".

Kemudian Nuta, Ayahnya dan juga seorang Petinggi mendirikan tenda guna tempat mereka beristirahat dan melepaskan lelah setelah 2 hari berjalan tak henti. Mereka mendirikan tenda dalam diam, tak ada satupun dari mereka berbicara selagi mendirikan tempat untuk mereka beristirahat. Entah berapa lama kebisuan mereka, hingga akhirnya Nuta memecahkan kesunyian yang cukup panjang tersebut.

"Mohon maaf wahai petinggi, bolehkah saya menanyakan suatu hal?", Tanya Nuta.
"Apakah yang ingin kamu ketahui Nuta, apakah tentang peraturan yang telah ada selama beratus-ratus tahun yang telah kita jalani sebagai bangsa Aspicientis?" Tanya Petinggi.
Nuta: *Terkejut* "Bagaimana, Anda bisa tahu apa yang ingin saya tanyakan?", "Bukankah saya tidak pernah membicarakan hal tersebut kepada dirimu?"
Petinggi 1: "Kita sebagai bangsa Aspicientis, mempunyai kemampuan. Salah satunya menerka isi hati seseorang. Namun, jika dirimu ingin mengetahui kenapa kita mempunyai peraturan seperti itu. Baiklah akan saya coba jelaskan."

Nuta pun melihat Ayahnya yang mengisyaratkan dirinya untuk duduk dihadapan Petinggi 1 tersebut. Nuta pun mengikuti isyarat yang disampaikan oleh Ayahnya.

Petinggi 1: "Baiklah, jika dirimu ingin mengerti. Sebenarnya benar yang dikatakan Ayah mu. bahwa kita pernah membantu bangsa Ordinarium untuk melawan bangsa Tabellarius. Namun, jauh sebelum terbentuknya golongan bangsa seperti saat ini. Kita semua adalah satu BANGSA!"
Terkejut mendengar penjelasan dari Petingginya, Nuta memberikan suaranya : "Bagaimana mungkin jika kita 1 Bangsa sebelumnya, sekarang kita bertempur satu sama lain?"
Dengan tersenyum Petinggi menjelaskan : "Ya, mungkin bagimu itu adalah suatu hal yang mustahiil. Namun, hal yang tidak kamu ketahui bukan berarti adalah kebohongan".
"baiklah, akan saya coba jelaskan dari awal padamu, walau sebenarnya penjelasan ini harus dikatakan kepadamu di depan SEMUA PETINGGI bangsa Kita."
Nuta: "Jelaskanlah pada ku sekarang, aku ingin mendengarkannya saat ini juga". Tantang Nuta.
Petinggi 1 : *tersenyum*, "baiklah wahai seorang yang terburu-buru, dengarkanlah apa yang ku katakan padamu, dan berfikirlah apa yang harus kamu lakukan setelahnya".
"Seperti yang ku katakan tadi, bahwa kita adalah satu BANGSA yang mendiami bumi tercinta kita dengan damai, walau pada saat itu beberapa orang sudah mempunyai kemampuannya masing-masing." "Bangsa Ordinarium yang kamu sudah ketahui, bahwa dari bangsanya tidak mempunyai kemampuan apapun dibandingkan bangsa-bangsa yang lainnya. Namun, dari mereka kita dan bangsa lain belajar tentang KEMURAHAN HATI serta KEPEDULIAN ke sesamanya". "Bangsa Provisor yang mempunyai kemampuan untuk bertarung dan mengetahui apa yang akan terjadi, dari bangsanya semua bangsa belajar bagaimana caranya BERBAGI ke sesamanya"
Nuta: " Lalu bagaimana dengan bangsa Tabellarius yang kejam tersebut, apa yang bisa kita pelajari dari mereka? cara MEMBUNUH musuh??"
Petinggi 1 : *Tersenyum*, "Kamu tidak mengetahuinya nak, sangat disayangkan jika kamu melihat seperti itu."
Nuta : "*Terkejut* "Apa maksudnya wahai Petinggi?"
"Bangsa Tabellarius adalah bangsa petarung, jelas sekali kita lihat pertarungan mereka yang hebat." Jelas Petinggi 1. "Namun, apakah kamu tahu bahwa kita belajar KESEHATAN dan juga KEBUGARAN serta keampuan BERTAHHAN HIDUP dari mereka?". Tanya Petinggi 1.
Nuta : *Terdiam*
Petinggi 1: "Ya, kita belajar dari mereka. Kita semua belajar dari mereka. dan apakah kamu tahu tentang bangsa kita sendiri?"
"Ya, Kita adalah bangsa PENGECUT yang TIDAK AKAN MELAKUKAN SESUATU!!". Geram Nuta.
*Tersenyum*, Apakah seperti itu caramu memandang Bangsamu sendiri?". Desak Petinggi 1
*Terdiam*, "Lalu apa peranan bangsa kita?". Tanya Nuta.
"Petinggi, kita adalah bangsa yang SUKA MEMBANTU. Ya, mungkin dirimu terkejut atau bahkan tidak percaya. Kita selalu membantu siapapun yang membutuhkan pertolongan. Baik diminta maupun tidak! Kita selalu mengulurkan tangan kita untuk membantu siapapun yang kita lihat atau kita ketahui mengalami kesulitan." Jelas Petinggi 1.
"Lalu, kenapa sekarang kita malah MENCUCI TANGAN tentang semua masalah yang terjadi DI HADAPAN kita?", Tanya, Nuta tidak percaya.

Sebelum Petinggi 1 menjawab pertanyaannya, Petinggi 1&2 kembali dari mencari perbekalan mereka, karena merasa pertanyaannya belum mendapatkan penjelasan Nuta kembali bertanya.
"Wahai Petinggi, bagaimana dengan pertanyaan ku tadi? apakah tak ada penjelasan untuk pertanyaan tersebut?"
"Sudah cukup banyak hal yang saya ceritakan padamu, simpan pertanyaanmu untuk nanti. Karena pada saatnya semua pertanyaanmu akan mendapatkan jawaban."

Saat ingin menyanggah ucapan Petinggi 1, Ayahnya menghentikan Nuta untuk berbicara lebih lanjut. Namun, Keinginan kerasanya berusaha untuk menyingkirkan Ayahnya agar dapat berbicara dengan Petinggi 1 hilang saat dia melihat Ayah nya. Ya, Bukan, karena kemarahan yang dipancarkan oleh rautmuka Ayahnya, namun lebih kepada Kesedihan yang terpancar pada Rona muka Ayahnya. Dengan, dilanda kebingungan oleh carita Petinggi 1 dan rona muka Ayahnya yang menyiratkan Kesedihan dan kepedihan. Akhirnya Nuta menuju tendanya di iringan berbagai pertanyaan di kepalanya.
##

Cont lagi ya
:P
~Risnuta~

Jumat, 20 September 2013

Peraturan Yang Di Pertanyakan

Belum sempat mentari memberikan kehangatannya desa tempat Nuta menginap sudah memberikan kehangatan dari api pertempuran bangsa Ordinarium dan Provisor yang tinggal disana dengan bangsa Tabellarius yang sudah menyebarkan bau ketakutan kepada penduduk desa tersebut, semua bangsa Ordinarium dan Provisor berusaha untuk melawan dan menghalau bangsa Tabellarius untuk mem bumihangus kan desa tempat mereka tinggal. Diantara kepanikan terbunuh dan juga terjebak di antara peperangan tersebut Nuta beserta rombongannya memilih untuk pergi dari desa tersebut, dan tidak membantu peperangan yang terjadi di desa tempat mereka menginap. Didalam pelarian tersebut, Nuta melihat anak muda, orang tua, bahkan anak-anak terbunuh dengan sadis di depan matanya. Mereka bersimbahkan darah segar di sekujur tubuhnya, terbesit sejenak bayangan kerabat dekatnya Ian yang tengah berjuang diantara kepungan bangsa Tabellarius dan terbunuh di depan matanya.

Sepanjang mata memandang yang Dia lihat hanya pembantaian tanpa ampun dari bangsa Tabellarius. Di tengah pelariannya kedalam hutan Nuta melihat pemilik Losmen tempat dia menginap di siksa dan di bunuh, kembali teringat dengan pembunuhan yang terjadi di desanya Nuta mematung dan melihat dengan geram perbuatan bangsa Tabellarius, saat dia hendak menuju beberapa pasukan carnifex sang Ayah menahan lenganya.

Ayah: "Jangan Nak."
Nuta: "Lepaskan Ayah, kita harus membantu mereka. Mereka telah berbaik hati memberikan tempatnya untuk kita menginap malam ini. Apakah kita harus membiarkan mereka terbunuh seperti hewan tanpa menolongnya, bahkan setelah mereka mati kita juga tidak membalaskan dendamnya??".
Petinggi : "Kita punya peraturan yang harus kita patuhi, ketahuilah itu!"
"PERATURAN YANG MEMBIARKAN KITA HANYA MELIHAT TANPA BERBUAT APAPUN??", Tanya Nuta.
Ayah : "Semua akan kamu ketahui kenapa kita lakukan hal itu"
Nuta: "Kapan? apakah kita hanya bisa diam melihat pembunuhan yang terjadi di depan mata kita?"
Petinggi : "Kamu sudah tahu peraturan bangsa kita! Cukup TURUTI dan PATUHI peraturan tersebut!!"
Nuta : " Itu bukan peraturan yang menjaga perdamaian, tapi karena kalian TAKUT!!"
"CUKUP!" Bentak Salah seorang Petinggi, "kita lanjutkan perjalanan kita".

Seorang bangsa Tabellarius pintar untuk menyembunyikan perasaannya, namun perasaan yang terpancar dalam perkataan Petinggi tersebut telah membuat Nuta terdiam seribu bahasa, bukan kemarahan yang di pancarkannya. Namun, kewibawaan dan juga peringatan. Bukan hanya merasa takut namun baru kali itu Nuta merasakan bahwa bangsa Tabellarius selain dirinya juga mempunyai perasaan, namun mereka menutupi perasaan tersebut karena suatu alasan. Alasan yang bahkan oleh dirinya sendiri masih belum dimengerti.

##
Walaupun Nuta dan rombongannya tidak mendapatkan istirahat yang cukup di desa sebelumnya, mereka tetap melanjutkan perjalanan tanpa beristirahat kembali. Dan tanpa berkunjung ke suatu desa, untuk menghindari peperangan yang tidak mereka inginkan. Di dalam hutan mereka mencari makan dengan berburu, dan membuat perkemahan sendiri. Mereka memutuskan untuk melewati rute berbeda, memasuki hutan lebih di rasa aman untuk menghindari peperangan yang telah terjadi berratus-ratus tahun lalu.

"Ayah, bolehkah aku bertanya?", Sapa Nuta.
Ayah: "Apa yang ingin kamu tanyakan, anakku?"
Nuta: "Kenapa kita tidak boleh membantu peperangan ini?" , "Jangan katakan untuk aku menuggu jawaban tersebut ayah, aku ingin jawaban itu sekarang!" .
Dengan tersenyum akhirnya sang ayah menjelaskan, "Nak, sebenarnya dahulu kita membantu bangsa Ordinarium untuk melawan bangsa Tabellarius. Namun, terjadi beberapa hal yang membuat kita tidak di perbolehkan melakukan hal tersebut lagi."
"Apakah itu Ayah?", Desak Nuta.
"Kenapa kau ingin mengetahuinya Nak?", Selidik sang Ayah.
Nuta: "Karena sebenarnya aku bingung, jika kita mempunyai kekuatan untuk melawan bangsa Tabellarius. kenapa, tidak kita lakukan hal tersebut? Kenapa kita hanya melihat kerabat, teman, bahkan mungkin orang-orang yang kita sayang mati begitu saja?"
Ayah: *senyum*, "Ya, semua itu ada alasannya, namun mungkin lebih baik para petinggi yang menjelaskannya padamu". "Saat ini maukan kamu mempercayai Ayah bahwa hal ini yang terbaik untuk kita bangsa Aspicientis?"
"Baiklah Ayah, Karena ayah meminta seperti itu. Namun, suatu saat aku menginginkan penjelasan yang masuk akal. Kenapa, kita tidak boleh bertempur membantu bangsa Ordinarium untuk melawan bangsa Tabellarius.!", Jawab Nuta.
"ya, suatu saat kamu akan mendapatkan jawaban itu". Jawab Sang Ayah.
Salah seorang Petinggi : "Baik kita sudah cukup istirahat, kita harus melanjutkan perjalan ini jika ingin menyelesaikan semua pertanyaan mu Nuta."
Nuta : *Terkejut*, "Kenapa dia mengetahui apa yang kita katakan Ayah?". Bukannya menjawab pertanyaan Nuta. Namun, Sang Ayah hanya menjawabnya dengan senyuman.

##
(Cont)
~Risnuta~