Belum sempat mentari memberikan kehangatannya desa tempat Nuta menginap sudah memberikan kehangatan dari api pertempuran bangsa Ordinarium dan Provisor yang tinggal disana dengan bangsa Tabellarius yang sudah menyebarkan bau ketakutan kepada penduduk desa tersebut, semua bangsa Ordinarium dan Provisor berusaha untuk melawan dan menghalau bangsa Tabellarius untuk mem bumihangus kan desa tempat mereka tinggal. Diantara kepanikan terbunuh dan juga terjebak di antara peperangan tersebut Nuta beserta rombongannya memilih untuk pergi dari desa tersebut, dan tidak membantu peperangan yang terjadi di desa tempat mereka menginap. Didalam pelarian tersebut, Nuta melihat anak muda, orang tua, bahkan anak-anak terbunuh dengan sadis di depan matanya. Mereka bersimbahkan darah segar di sekujur tubuhnya, terbesit sejenak bayangan kerabat dekatnya Ian yang tengah berjuang diantara kepungan bangsa Tabellarius dan terbunuh di depan matanya.
Sepanjang mata memandang yang Dia lihat hanya pembantaian tanpa ampun dari bangsa Tabellarius. Di tengah pelariannya kedalam hutan Nuta melihat pemilik Losmen tempat dia menginap di siksa dan di bunuh, kembali teringat dengan pembunuhan yang terjadi di desanya Nuta mematung dan melihat dengan geram perbuatan bangsa Tabellarius, saat dia hendak menuju beberapa pasukan carnifex sang Ayah menahan lenganya.
Ayah: "Jangan Nak."
Nuta: "Lepaskan Ayah, kita harus membantu mereka. Mereka telah berbaik hati memberikan tempatnya untuk kita menginap malam ini. Apakah kita harus membiarkan mereka terbunuh seperti hewan tanpa menolongnya, bahkan setelah mereka mati kita juga tidak membalaskan dendamnya??".
Petinggi : "Kita punya peraturan yang harus kita patuhi, ketahuilah itu!"
"PERATURAN YANG MEMBIARKAN KITA HANYA MELIHAT TANPA BERBUAT APAPUN??", Tanya Nuta.
Ayah : "Semua akan kamu ketahui kenapa kita lakukan hal itu"
Nuta: "Kapan? apakah kita hanya bisa diam melihat pembunuhan yang terjadi di depan mata kita?"
Petinggi : "Kamu sudah tahu peraturan bangsa kita! Cukup TURUTI dan PATUHI peraturan tersebut!!"
Nuta : " Itu bukan peraturan yang menjaga perdamaian, tapi karena kalian TAKUT!!"
"CUKUP!" Bentak Salah seorang Petinggi, "kita lanjutkan perjalanan kita".
Seorang bangsa Tabellarius pintar untuk menyembunyikan perasaannya, namun perasaan yang terpancar dalam perkataan Petinggi tersebut telah membuat Nuta terdiam seribu bahasa, bukan kemarahan yang di pancarkannya. Namun, kewibawaan dan juga peringatan. Bukan hanya merasa takut namun baru kali itu Nuta merasakan bahwa bangsa Tabellarius selain dirinya juga mempunyai perasaan, namun mereka menutupi perasaan tersebut karena suatu alasan. Alasan yang bahkan oleh dirinya sendiri masih belum dimengerti.
##
Walaupun Nuta dan rombongannya tidak mendapatkan istirahat yang cukup di desa sebelumnya, mereka tetap melanjutkan perjalanan tanpa beristirahat kembali. Dan tanpa berkunjung ke suatu desa, untuk menghindari peperangan yang tidak mereka inginkan. Di dalam hutan mereka mencari makan dengan berburu, dan membuat perkemahan sendiri. Mereka memutuskan untuk melewati rute berbeda, memasuki hutan lebih di rasa aman untuk menghindari peperangan yang telah terjadi berratus-ratus tahun lalu.
"Ayah, bolehkah aku bertanya?", Sapa Nuta.
Ayah: "Apa yang ingin kamu tanyakan, anakku?"
Nuta: "Kenapa kita tidak boleh membantu peperangan ini?" , "Jangan katakan untuk aku menuggu jawaban tersebut ayah, aku ingin jawaban itu sekarang!" .
Dengan tersenyum akhirnya sang ayah menjelaskan, "Nak, sebenarnya dahulu kita membantu bangsa Ordinarium untuk melawan bangsa Tabellarius. Namun, terjadi beberapa hal yang membuat kita tidak di perbolehkan melakukan hal tersebut lagi."
"Apakah itu Ayah?", Desak Nuta.
"Kenapa kau ingin mengetahuinya Nak?", Selidik sang Ayah.
Nuta: "Karena sebenarnya aku bingung, jika kita mempunyai kekuatan untuk melawan bangsa Tabellarius. kenapa, tidak kita lakukan hal tersebut? Kenapa kita hanya melihat kerabat, teman, bahkan mungkin orang-orang yang kita sayang mati begitu saja?"
Ayah: *senyum*, "Ya, semua itu ada alasannya, namun mungkin lebih baik para petinggi yang menjelaskannya padamu". "Saat ini maukan kamu mempercayai Ayah bahwa hal ini yang terbaik untuk kita bangsa Aspicientis?"
"Baiklah Ayah, Karena ayah meminta seperti itu. Namun, suatu saat aku menginginkan penjelasan yang masuk akal. Kenapa, kita tidak boleh bertempur membantu bangsa Ordinarium untuk melawan bangsa Tabellarius.!", Jawab Nuta.
"ya, suatu saat kamu akan mendapatkan jawaban itu". Jawab Sang Ayah.
Salah seorang Petinggi : "Baik kita sudah cukup istirahat, kita harus melanjutkan perjalan ini jika ingin menyelesaikan semua pertanyaan mu Nuta."
Nuta : *Terkejut*, "Kenapa dia mengetahui apa yang kita katakan Ayah?". Bukannya menjawab pertanyaan Nuta. Namun, Sang Ayah hanya menjawabnya dengan senyuman.
##
(Cont)
~Risnuta~