Minggu, 22 September 2013

Sebersit Kebenaran Masa Lalu

"Sudah 2 hari kita berjalan dalam hutan, dan perbekalan kita sudah mulai menipis. Ada baiknya kita dirikan tenda untuk beristirahat dan mencari perbekalan terlebih dahulu" Kata salah seorang Petinggi kepada petinggi lainnya.
Petinggi 2: "Baiklah, kalian berdua pergilah untuk mencari perbekalan untuk melanjutkan perjalanan kita, kami akan menunggu disini".
Petinggi 1&3: "Baiklah, kami berangkat terlebih dahulu".

Kemudian Nuta, Ayahnya dan juga seorang Petinggi mendirikan tenda guna tempat mereka beristirahat dan melepaskan lelah setelah 2 hari berjalan tak henti. Mereka mendirikan tenda dalam diam, tak ada satupun dari mereka berbicara selagi mendirikan tempat untuk mereka beristirahat. Entah berapa lama kebisuan mereka, hingga akhirnya Nuta memecahkan kesunyian yang cukup panjang tersebut.

"Mohon maaf wahai petinggi, bolehkah saya menanyakan suatu hal?", Tanya Nuta.
"Apakah yang ingin kamu ketahui Nuta, apakah tentang peraturan yang telah ada selama beratus-ratus tahun yang telah kita jalani sebagai bangsa Aspicientis?" Tanya Petinggi.
Nuta: *Terkejut* "Bagaimana, Anda bisa tahu apa yang ingin saya tanyakan?", "Bukankah saya tidak pernah membicarakan hal tersebut kepada dirimu?"
Petinggi 1: "Kita sebagai bangsa Aspicientis, mempunyai kemampuan. Salah satunya menerka isi hati seseorang. Namun, jika dirimu ingin mengetahui kenapa kita mempunyai peraturan seperti itu. Baiklah akan saya coba jelaskan."

Nuta pun melihat Ayahnya yang mengisyaratkan dirinya untuk duduk dihadapan Petinggi 1 tersebut. Nuta pun mengikuti isyarat yang disampaikan oleh Ayahnya.

Petinggi 1: "Baiklah, jika dirimu ingin mengerti. Sebenarnya benar yang dikatakan Ayah mu. bahwa kita pernah membantu bangsa Ordinarium untuk melawan bangsa Tabellarius. Namun, jauh sebelum terbentuknya golongan bangsa seperti saat ini. Kita semua adalah satu BANGSA!"
Terkejut mendengar penjelasan dari Petingginya, Nuta memberikan suaranya : "Bagaimana mungkin jika kita 1 Bangsa sebelumnya, sekarang kita bertempur satu sama lain?"
Dengan tersenyum Petinggi menjelaskan : "Ya, mungkin bagimu itu adalah suatu hal yang mustahiil. Namun, hal yang tidak kamu ketahui bukan berarti adalah kebohongan".
"baiklah, akan saya coba jelaskan dari awal padamu, walau sebenarnya penjelasan ini harus dikatakan kepadamu di depan SEMUA PETINGGI bangsa Kita."
Nuta: "Jelaskanlah pada ku sekarang, aku ingin mendengarkannya saat ini juga". Tantang Nuta.
Petinggi 1 : *tersenyum*, "baiklah wahai seorang yang terburu-buru, dengarkanlah apa yang ku katakan padamu, dan berfikirlah apa yang harus kamu lakukan setelahnya".
"Seperti yang ku katakan tadi, bahwa kita adalah satu BANGSA yang mendiami bumi tercinta kita dengan damai, walau pada saat itu beberapa orang sudah mempunyai kemampuannya masing-masing." "Bangsa Ordinarium yang kamu sudah ketahui, bahwa dari bangsanya tidak mempunyai kemampuan apapun dibandingkan bangsa-bangsa yang lainnya. Namun, dari mereka kita dan bangsa lain belajar tentang KEMURAHAN HATI serta KEPEDULIAN ke sesamanya". "Bangsa Provisor yang mempunyai kemampuan untuk bertarung dan mengetahui apa yang akan terjadi, dari bangsanya semua bangsa belajar bagaimana caranya BERBAGI ke sesamanya"
Nuta: " Lalu bagaimana dengan bangsa Tabellarius yang kejam tersebut, apa yang bisa kita pelajari dari mereka? cara MEMBUNUH musuh??"
Petinggi 1 : *Tersenyum*, "Kamu tidak mengetahuinya nak, sangat disayangkan jika kamu melihat seperti itu."
Nuta : "*Terkejut* "Apa maksudnya wahai Petinggi?"
"Bangsa Tabellarius adalah bangsa petarung, jelas sekali kita lihat pertarungan mereka yang hebat." Jelas Petinggi 1. "Namun, apakah kamu tahu bahwa kita belajar KESEHATAN dan juga KEBUGARAN serta keampuan BERTAHHAN HIDUP dari mereka?". Tanya Petinggi 1.
Nuta : *Terdiam*
Petinggi 1: "Ya, kita belajar dari mereka. Kita semua belajar dari mereka. dan apakah kamu tahu tentang bangsa kita sendiri?"
"Ya, Kita adalah bangsa PENGECUT yang TIDAK AKAN MELAKUKAN SESUATU!!". Geram Nuta.
*Tersenyum*, Apakah seperti itu caramu memandang Bangsamu sendiri?". Desak Petinggi 1
*Terdiam*, "Lalu apa peranan bangsa kita?". Tanya Nuta.
"Petinggi, kita adalah bangsa yang SUKA MEMBANTU. Ya, mungkin dirimu terkejut atau bahkan tidak percaya. Kita selalu membantu siapapun yang membutuhkan pertolongan. Baik diminta maupun tidak! Kita selalu mengulurkan tangan kita untuk membantu siapapun yang kita lihat atau kita ketahui mengalami kesulitan." Jelas Petinggi 1.
"Lalu, kenapa sekarang kita malah MENCUCI TANGAN tentang semua masalah yang terjadi DI HADAPAN kita?", Tanya, Nuta tidak percaya.

Sebelum Petinggi 1 menjawab pertanyaannya, Petinggi 1&2 kembali dari mencari perbekalan mereka, karena merasa pertanyaannya belum mendapatkan penjelasan Nuta kembali bertanya.
"Wahai Petinggi, bagaimana dengan pertanyaan ku tadi? apakah tak ada penjelasan untuk pertanyaan tersebut?"
"Sudah cukup banyak hal yang saya ceritakan padamu, simpan pertanyaanmu untuk nanti. Karena pada saatnya semua pertanyaanmu akan mendapatkan jawaban."

Saat ingin menyanggah ucapan Petinggi 1, Ayahnya menghentikan Nuta untuk berbicara lebih lanjut. Namun, Keinginan kerasanya berusaha untuk menyingkirkan Ayahnya agar dapat berbicara dengan Petinggi 1 hilang saat dia melihat Ayah nya. Ya, Bukan, karena kemarahan yang dipancarkan oleh rautmuka Ayahnya, namun lebih kepada Kesedihan yang terpancar pada Rona muka Ayahnya. Dengan, dilanda kebingungan oleh carita Petinggi 1 dan rona muka Ayahnya yang menyiratkan Kesedihan dan kepedihan. Akhirnya Nuta menuju tendanya di iringan berbagai pertanyaan di kepalanya.
##

Cont lagi ya
:P
~Risnuta~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar