Minggu, 16 Oktober 2011

cerpen 2 (sejati)


Ku terbangun dengan seorang wanita disampingku, wanita yang maniez, cantik lembut. Tak ingin ku melepasnya untuk alasan apapun juga, ku menetapnya cukup lama hingga dia membuka matanya. Menggeliat kecil menandakan dia sudah bangun dari mimpi indahnya. "Ehm,,," Katanya sambil tersenyum padaku.
Ku balas senyuman indahnya padaku, dia adalah wanita terindah yang pernah kumiliki selama hidupku, tak akan pernah ku melepasnya untuk alasan apapun juga (setidaknya itulah harapanku), hingga suatu peristiwa membuatku terguncang.
Pagi itu seperti biasa ku bangun dari tempat tidurku yang nyaman bersama bidadariku, untuk menjalankan kewajibanku bekerja. "Hati-hati dijalan ya yank," Kata bidadariku mengantarkan kepergianku.
"Iya yank, aku pergi dulu ya, muachh" Pamitku padanya.
Sesampainya aku dikantor ternyata pekerjaan ku sangatlah banyak hingga ku pulang telat. Entah sudah berapa lama hal tersebut terjadi, namun bidadari cantikku tak pernah sekalipun marah dengan keterlambatanku. Hingga suatu hari ku dapat pulang tepat waktu, dan tanpa sengaja ku melihat ada mobil parkir didepan rumahku. "Mobil sapa lagi tuch parkir sembarangan" Umpatku dalam hati
Karna saat itu ku berfikir bahwa pemilik mobil tersebut adalah saudara dari salah satu tetanggaku, maka tak ada fikiran macam-macam dalam benakku. Akhirnya masuklah aku kedlam rumah. "Yang,,,sayang aku pulang" Panggilku pada bidadariku.
Namun rupanya dia tidak mendengarku, tak ada jawaban darinya. "Mungkin dia sedang tidur" Batinku.
Akhirnya pergilah aku kekamar, namun sebelum ke sampai, aku mendengarkan suara desahan yang kukenal. Dengan amarah yang memuncak maka ku bukalah pintu kamar tersebut, betapa terkejutnya diriku saat melihat bidadariku bersama seorang laki-laki yang tidak ku kenal tanpa sehelai benangpun melekat pada diri mereka berdua.
"Sayang,,," Ucap dirinya sambil menutup badannya yang tak menggunkan pakaian.
"Bajin**n, siapa lo beraninya n**nt*t sama cewe gua?? Pergi lo dari rumah gua anj**" Bentak ku kepada pria kepar** tersebut.
"Yank, maafin aku ya, aku khilaf" kata bidadariku sambil berlutut dihadapanku.
Namun rasa sakit ini lebih besar dari rasa ibaku padanya, aku pergi malam itu juga dari rumahku, setelah aku menghajar Bajin** kepar** itu. Aku lalu pergi entah kemana malam itu hingga pagi menjelang.
Pagi itu aku kembali kerumah, namun ternyata bidadariku tak ada disana. Dia menghilang tanpa ku tau kemana dirinya, namun ku tak terlalu mencemaskannya, malah aku gembira dengan keputusannya pergi dari sini. Pagi itu aku seperti hari sebelumnya membersihkan diri dan pergi kerja seperti hari-hari biasa.
Namun malam itu ku tak ingin pulang cepat sehingga ku membelokkan tujuanku kepantai (aku memang sering pergi kepantai jika ada masalah) entah jam sudah menunjukan jam berpa, namun seingatku sudah cukup larut. Maka akupun kembali kerumah. Betapa terkrjutnya aku saat melihat bidadariku berdiri didepan rumahku, dia berlari menghampiriku saat melihat diriku.
"Yank, aku minta maaf ya, aku tau aku salah tapi maafin aku ya yank. Aku janji aku ga akan ngulangi hal itu lagi" Kata dia mohon ampunanku.
Namun hatiku belum dapat menerima hal itu, maka ku meninggalkannya diluar rumahku. Tapi betapa terkejutnya diriku saat melihat dirinya masih berada didepan rumahku saat ku akan berangkat kerja. Akhirnya kuputuskan untuk tidak bekerja hari itu, dan mendengarkan alasan dari sang bidadari pujaan hatiku.
"Maafin aku yank, aku tau aku salah dengan berbuat hal itu dibelakangmu" Kata dirinya saat kita telah masuk kerumah.
"Kalo kamu tau itu salah kenapa kamu ngelakuin hal itu?" Tanya ku padanya.
"Hic,,hic,,a,,,aku khilaf yank" Jawabnya.
"Maafkan aku yank, ku janji aku ga akan ngelakuin hal itu lagi. Aku janji yank" Lanjutnya.
"Yank, sebenarnya aku masih sayang banget sama kamu, aku bener-bener ga mau kehilangan kamu. Kamu janji ya ga akan menghianati aku lagi" Kataku padanya.
Akhirnya kami berpelukan dan berjanji tidak akan berhianat satu sama lain.
Berbulan-bulan kemudian kami masih bersama, dan tanpa sengaja aku melihat buku diarynya yang selalu ditulisnya malam hari (aku tahu karna aku pernah berpura-pura tidur waktu dia menulis diary). Aku buka diary tersebut dan ternyata peristiwa "petaka" tersebut juga ditulisnya.
"Ya,,Tuhan maafkan aku telah menghianati suamiku, aku sangat mencintai dirinya tolong jangan jauhkan dia dariku. Aku tak sanggup jika aku harus kehilangan dirinya" Aku terharu membaca tulisan tersebut.
Kukira itu adalah tulisan terakhirnya waktu "petaka" tersebut terjadi, saat ku ingin membalikkan lembaran buku tersebut kumelihat ada tulisan lain yang membuat ku ingin membacanya.
"Ya Tuhan semoga suamiku tidak pergi dari sisiku, karna apa yang telah terjadi tadi. Ingin ku berteriak pada suamiku bahwa aku diPerk**a oleh saudaranya sendiri, namun ku takut dia akan mengamuk pada saudaranya sendiri, aku sayang pada suamiku. Jika memang dia berfikir bahwa aku yang salah maka biarlah begitu".
"Ya Tuhan ku berterima kasih padamu, karna pada saat suamiku pulang dia tidak melihat kelakuan saudaranya yang telah memperk**a ku, namun ku sangat sakit saat dia melihat ku diperko** oleh teman saudaranya, mudah-mudahan dia Tidak tahu bahwa saudaranya memperko** ku."
Selesai ku membacanya perasaanku campur aduk antara sesal, marah, benci, jijik, sekaligus sayang kepada bidadariku, kuingin memeluknya tanpa melepasnya, ku ingin menjaga dia dari siapapun yang akan menghancurkannya termasuk orang-orang dekatku. Akhirnya dia datang melihat dirku yang meneteskan air mata "Sayank kenapa, kamu ga apa-apa" Tanyanya padaku.
Tanpa banyak berkata aku memeluknya, mendekapnya erat seakan ku taku jika kulepaskan dirinya kuakan mehilangannya.


Original Write By : Risnuta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar