Minggu, 16 Oktober 2011

cerpen (bunga tak tergapai)

Terik mentari yang menyengat bumi ini tidak menyurutkan seorang pemuda untuk menuntut ilmu, terlihat di berlarian mengejar bus yang mengantarkannya ketempat dimana dia belajar. Peluh telah menetes dari wajahnya yang tampan saat dia telah berada diatas bus tersebut, dia mencari tempat duduk kosong dan duduk disana.
"Cape mas" Sapa wanita diseblahnya.
"Iya nech, maaf ya saya numpang duduk" sapa pemuda tersebut.
"Loh kok, minta maaf khan ini juga bukan kursi saya, kalo mank mau duduk. Duduk aja mas" Kata wanita tersebut diselingi senyum.
Akhirnya mereka berbincang hingga pemuda tersebut turun dahulu karna memang sudah sampai tujuan.
"Saya turun duluan ya mba. Sudah sampe tujuan" Bilang pemuda tersebut.
"Oh,,,oke, Oiya manggilnya jangan mba, dari tadi manggil mba mulu, panggil aja Dini".
"Oh,,,oke mba, eh,,Dini, saya Doni.", "Duluan ya Din" lanjut Doni.
Akhirnya dia pun turun dan segera menuju kampus untuk belajar.
Keesokan harinya kejadian tersebut terulang, Doni bertemu kembali dengan Dini diatas bus, dan kejadian tersebut terulang hingga beberapa bulan kedepan dan hal tersebut juga membuat Doni semakin dekat dengan Dini tiap harinya, entah sejak kapan perasaan Doni kepada Dini mulai berubah dari orang yang satu perjalanan menjadi seorang teman dan lama-kelamaan menjadi seseorang yang mengisi hatinya.
Hingga suatu hari Doni memberanikan diri untuk mengajaknya jalan. Entah bagaimana awalnya akhirnya Doni memberanikan untuk mengatakan perasaannya kepada Dini bahwa dirinya menyukai Dini, dan hal tersebut membuat Dini meninggalkannya. Entah mengapa sejak kejadian tersebut dirinya dan Dini tidak lagi bertemu, dan dia juga tidak dapat menghubungi Dini.
"Din, maaf kalo perkataan ku membuat kamu ga nyaman. Tapi kalo boleh aku mau ketemu kamu, walau itu adalah untuk yang terakhir" Bilang Doni pada Dini lewat Sms.
Lama, Doni menunggu balasan dari Dini. Putus asa dia menunggu jawaban dari Dini, hingga. "Sory Don, mungkin aku bukan yang terbaik bagi kamu, kamu berhak mendapatkan yang lebih baik dari aku." Balas Dini.
Tanpa menyia-yiakan waktu, Doni langsung telepon balik Dini. "Halo, Din...Tolong jawab Din" kata Doni.
"Kenapa Don?"
"Aku sayang sama kamu, kalo mank kamu ga mau ketemu aku lagi oke aku akan ngelakuin itu, tapi ku mohon kamu mau ketemu aku untuk yang terakhir kali. Aku mau denger penjelasan dari kamu"
"Ehm,,,Don, aku ga pantes buat kamu. Lebih baik kamu pilih orang lain Don, mending kita ga usah ketemu lagi."
"Tapi Din, a..." Kata Doni terputus karna Dini menutup teleponnya.
Beberapa hari setelah kejadian tersebut tanpa sengaja Doni bertemu Dini disebuah pusat perbelanjaan. "Dini," Sapa Doni.
"Doni."
karna mereka bertemu dikasir, akhirnya Dini tidak bisa menghindar lagi, akhirnya mereka mencari tempat untuk berbincang sekaligus Doni meminta penjelasan dari Dini atas siakpnya.
"Din, tolong jelasing ke aku, kenapa kamu selalu menghindar dari aku?, tolong jelasin Din" Desak Doni akhirnya.
"Aku tuch ga pantes untuk kamu Don, kamu baik, bersih. Ga sepantasnya kamu sama aku"
"Tapi aku sayang sama kamu Din, aku ga peduli dengan apa yang telah kamu lakukan"
"Kamu ga ngerti Don, aku kotor, ga kaya kamu. Aku ga pantes buat kamu. Lebih baik kamu cari wanita lain yang memang pantas buat kamu" Jelas Dini.
"Oke kamu minta kau cari wanita yang aku kira pantas buat kamu, tapi aku ga perlu nyari jauh-jauh, aku dah nemuin wanita itu yaitu kamu" Kata Doni.
"aku tuch pelac** Don, aku ga pantas buat kamu, ga da gunanya kalo kamu mempertahanin aku, aku sayang sama kamu, tapi aku sadar aku ga pantes buat kamu" Akhirnya Dini menjelaskan semua.
Setelah penjelasan Dini, Doni tidak dapat berkata apapun, dia shok atas apa yang dia dengar. Dan hal ini dipergunakan Dini untuk pergi dari sana tanpa Doni menahannya.
Entah sudah berapa hari Doni menjalani hari tanpa Dini, namun semua hal yang dia lakukan mengingatkan dirinya bahwa dia benar-benar menyayangi Dini. Walaupun Doni mempunyai prinsip tidak akan berpacaran dan menikah dengan wanita yang tidak perawan, namun perasaan yang menggebu dalam hatinya tidak dapat ditahan lagi, dia menginginkan Dini, dia menyayanginya. Akhirnya dengan dorongan hati dia mencari Dini untuk menyatakan perasaannya, dia tidak peduli atas status yang ada pada Dini, karna dia benar-benar sayang kepada dini.
Namun ternyata kenyataan tidak seindah khayalan, pada saat dia bertemu Dini ternyata Dini sedang bersama seorang pria setengah baya, mereka terlihat mesra berdua. Awalnya Doni tidak ingin menghampiri mereka, namun perasaannya lebih kuat dari egonya maka dari itu akhirnya Doni menghampiri Dini, dan menyatakan perasaannya.
"Tapi Don, kamu khan dah tau apa kerjaan aku, kamu dah tau gimana kotornya aku." Jawab Dini setelah mereka berpisah dari om-om tersebut.
"Aku ga perduli dengan kerjaan kamu Din, asal kamu mau ninggalin kerjaan kamu sekarang aku masih mau sama kamu Din, aku menginginkan kamu bukan karna nafsu tapi karna kau sayang sama kamu Din."
"Tapi Don, aku ga bisa." Jawab Dini dengan berurai air mata.
"Aku juga sayang sama kamu, api aku ga bisa sama kamu. Tolong ngertiin aku Don, aku ga bisa" Lanjut Dini.
"Tapi Din, kenapa? Aku bener-bener sayang sama kamu, aku ga peduli apa kerjaan kamu dulu. Aku bener-bener sayang sama kamu Din"
"Aku seneng ngedengernya Don, bener aku seneng tapi maaf, aku ga bisa, aku bener-bener ga bisa Don. Tolong ngertiin keadaan aku."
Tanpa ada kata satupun akhirnya Dini beranjak pergi dengan air mata masih menghiasi wajahnya. "Din, kalo emank itu keputusan kamu aku terima, tapi tolong jangan pergi dari hidupku." Kata Doni sebelum Dini pergi.
Akhirnya Dini pergi dengan senyuman dibibir indahnya menjawab Doni. Setelah hari itu Doni benar-benar kehilangan Dini, dia tidak dapat menghubunginya. Hingga suatu hari ada surat untuknya.

Untuk Doni yang ku sayang.
Maaf ya Don, akhir-akhir ini kamu ga bisa ngehubungi aku, aku sengaja tidak mau kamu menghubungiku, karna ku rasa aku ga pantes buat kamu, aku sayang sama kamu Don, sayang banget. Dari semua cowo yang deket sama aku, cuman kamu orang pertama yang bener-bener bisa masuk dalam hatiku.
Don maaf ya, kalo aku sudah membuat kamu kecewa. Aku bener-bener ga bermaksud membuat kamu kecewa, jika memang aku diberi kesempatan aku mau jadi istri kamu Don, tapi aku sadar saat ini aku sudah kotor, dan aku ga pantes buat kamu yang baik.
Kalo memang surat ini sudah berada ditanganmu dan kamu membacanya, berarti kita tidak akan pernah bertemu lagi. Dan kuharap kamu bisa melupakan aku dan mencari wanita baik-baik untuk dirimu kelak.
Doni yang kusayang, terimaksih atas semua perhatian kamu sama aku. Terimaksih karna telah menyayangiku walau kita tidak dapat bersama. Terimakasih karna kamu membuat hari-hari terakhirku didunia ini menjadi semakin indah.
Salam sayang Dini.

Original Write By : Risnuta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar