Pada dasarnya anak akan mengikuti peraturan dalam keluarganya dan mengikuti peraturan bangsa/suku yang mereka diami, namun dalam keseharian seorang anak akan melihat dunia luar dan memperoleh peraturan sendiri yang akan dia tetapkan dalam menghadapi kehidupannya kelak, saat dia dewasa nanti. Hal itulah yang sedang terjadi dalam seorang anak yang terlahir dalam suku Aspicientis, semakin dia berkembang semakin banyak yang dia lihat dalam kehidupan sekitarnya.
Saat dia kecil, dia selalu melihat ketidakadilan yang merusak masyarakat sekitarnya. dalam kehidupan itulah dia selalu melihat adanya ketidaksesuaian yang terjadi antara apa yang dia "lihat" dan dia saksikan oleh matanya sendiri, apa yang harus dilakukan dan apa yang harus terjadi tidak sesuai dengan yang seharusnya, hal tersebut dijelaskan padanya oleh orang-orang terpandang di bangsanya, karena tidak semua yang kita ketahui tidak harus diketahui oleh orang sekeliling dia, walau dia selalu menentang penjelasan yang dia dapatkan namun dia harus mematuhi peraturan yang telah mengikat bangsanya bahka sebelum dirinya lahir.
Beberapa kali dia harus merelakan kepergian teman-teman nya karena, peraturan yang mengikat dirinya dan bangsanya. Namun, dia tahu bahwa memang itu yang seharusnya terjadi, dan hal yang terbaik yang harus mereka jalani. ke sendirian dan kesepian menjalani kehidupan harus dia tanggung dari kecil, kepalsuan untuk memiliki seorang teman, sahabat dan seseorang yang peduli dengannya adalah hal biasa yang terjadi di dalam kehidupannya, saat dia melakukan suatu hal yang harus dilakukan walau hal tersebut malah membuat dia semakin terluka dan semakin menyendiri namun karena peraturan yang terus mengutuk dirinya dan bangsanya harus dia lakukan juga.
Suatu saat dia bertemu dengan seorang bangsa Ordinarium, dia berkenalan dengannya. Seseorang yang keras kepala namun merasa semua hal dia ketahui. Ian, seorang Ordinarium yang merasa bahwa dirinya mengetahui banyak hal, sering menceritakan kehebatan kaka, dan keluarganya dalam menaklukan bangsa Tabellarius, namun Ian sendiri tidak mengetahui keterlibatan bangsa Provisor. Karena memang untuk anak-anak seumuran mereka tidak pernah di beberkan keterlibatan bangsa Provisor dalam membantu bangsa Ordinarium untuk melawan bangsa Tabellarius.
Setiap mereka bertemu Ian selalu menceritakan kegagahan kaka, dan keluarganya dalam melawan bangsa Tabellarius, namun sebagai bangsa Aspicientis dia, tidak diperbolehkan memberitahukan kebenaran yang ada, dia hanya tersenyum dan berpura-pura mengagumi kehebatan dari kaka, dan keluarga Ian, tanpa sekalipun dia mengatakan kebenarannya pada Ian. Namun beberapa tahun kemudian setelah mereka beranjak dewasa Ian ingin menjadi bagian pasukan untuk melawan bangsa Tabellarius serta mengajak dirinya untuk masuk kedalam pasukan tersebut. Dengan dalih harus membantu ibunya dan keluarganya menjalani kehidupan ini dirinya menolak dengan halus permintaan Ian untuk bergabung dengan pasukan tersebut.
Setelah mengantarkan Ian untuk bergabung dengan pasukan elit carnifex, dirinya langsung menghampiri ayahnya.
"Ayah, kenapa aku tidak boleh bergabung dengan pasukan Carnifex, bukankan dengan kekuatan yang ku punya aku dapat membantu temanku Ian?"
Ayah: "Anakku, kita sebagai bangsa Aspicientis, memang mempunyai kekuatan untuk melawan bangsa Tabellarius. Namun, apakah dirimu masih ingat, bahwa kita tidak boleh mencampuri urusan peperangan ini. Karena kita sendiri hanya penjaga bukan Pasukan."
"Namun, bukannya itu tidak adil? kita mempunyai kekuatan untuk melawan bangsa Tabellarius, namun tidak kita gunakan. Bukannya kita di minta untuk melakukan kebaikan, bukankah melawan bangsa Tabellarius adalah untuk kebaikan semua bangsa juga, Ayah?"
Dengan tersenyum sang Ayah hanya menjawab : "Suatu saat kamu akan mengerti kenapa kita lakukan hal ini nak!"
(Cont)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar