Senin, 16 September 2013

Keputusan Seorang Aspicientis

Perjalanan hidup tidak seindah yang diceritakan dibuku-buku yang ada, tidak semudah dan selalu berakhir bahagia, setidaknya kebahagiaan tidak didapatkan oleh orang-orang bangsa Aspicientis. Kenapa? Dikarenakan kemampuan mereka yang selalu melihat perbedaan antara kenyataan dan "penglihatan" mereka, serta tidak diperbolehkan mengungkapkan kebenaran yang terkandung. Namun, walau begitu mereka selalu menunjukan wajah tanpa masalah di hadapan semua bangsa agar mereka dapat bergabung dalam kelompok mereka.

Bangsa Ordinarium memang tidak mengetahui kemampuan bangsa Aspicientis bahkan tidak mengetahui walaupun teman dan kerabat dekatnya adalah bangsa Aspicientis. Namun begitu, bangsa Aspicientis juga tidak pernah ingin menunjukkan kemampuannya dihadapan bangsa Ordinarium, namun dikarenakan bangsa Ordinarium berdampingan dengan bangsa Provisor, maka banyak diantara bangsa Ordinarium mengetahui bahwa ada bangsa lain selain bangsa Ordinarium dan bangsa Provisor di antara mereka selain bangsa Tabellarius.

Namun walau sudah ada beberapa orang bangsa Aspicientis yang di ketahui bangsa Ordinarium, tetap sebagai bangsa Aspicientis tidak dapat "menurunkan tangan" untuk membantu bangsa Ordinarium untuk berperang melawan bangsa Tabellarius, itulah sebabnya banyak bangsa Aspicientis yang diketahui oleh bangsa Ordinarium dikucilkan dari lingkungan masyarakatnya. Lain halnya dengan Ian.

Walau sebagai bangsa Ordinarium dia tetap membela dirinya jika teman sebangsanya mengucilkan dirinya, walau sempat pertama kali Ian mengetahui bahwa dirinya adalah bangsa Aspicientis, Ian menjauhinya hingga beberapa bulan. Namun, dikarenakan pertemanan mereka sejak lama tidak membuat hubungan itu musnah hanya gara-gara perbedaan bangsa, dan Ian juga merasa bahwa bangsa Aspicientis bukanlah orang-orang egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Setidaknya itulah yang Ian lihat dari dirinya.

Hingga suatu saat dirinya menemui dilema sulit, peperangan yang terjadi antara bangsa Ordinarium dan Tabellarius sudah berhasil menerobos desa yang mereka tempati, Ian sebagai pasukan elit carnifex berjuang untuk mempertahankan desanya, dan mencoba memperlambat gerakan pasukan bangsa Tabellarius, hingga orang-orang di desanya mampu menyelamatkan diri.

Ian    : Nuta, kami butuh bantuan kamu untuk melawan mereka.
Nuta : Maafkan aku Ian, seperti yang kamu tahu. aku tidak boleh membantu bangsa mu melawan bangsa Tabellarius.
Ian : (Berfikir sejenak), Baiklah, jika begitu lebih baik kamu pergi jauh dari sini. aku dan tentara ku akan mengulur waktu, tolong jaga keluarga ku juga.
Nuta : Baiklah, maafkan aku Ian.

Lalu Ian pun pergi meninggalkan Nuta yang tengah dilanda kebimbangan hati antara membantu Ian kerabatnya ataupun mematuhi peraturan bangsanya untuk tidak mencampuri urusan peperangan ini.

Dalam pelariannya, Nuta dan beberapa orang yang selamat dari desanya berlari kedalam hutan demi meloloskan diri dari bangsa Tabellarius yang kejam, beberapakali dirinya menengok ke dalam peperangan demi melihat kerabat dekatnya namun tidak dia temukan juga, akhirnya sesaat sebelum mereka masuk kedalam hutan dirinya melihat sesosok Pria pemberani yang melawan puluhan tentara Tabellarius, orang tersebut adalah Ian, kerabatnya. Namun tanpa disadari Ian ternyata ada yang membidik dirinya dengan sebuah panah.

Seperti gerakan lambat Nuta melihat panah tersebut menumbus tubuh kerabatnya, dan tanpa disadari dirinya tengah menerjang pasukan Tabellarius untuk menyelamatkan Kerabat dekatnya tersebut, ditengah medan perang yang tidak mengenai anak kecil dan orang dewasa, dimana bangsa Ordinarium dan bangsa Provisor berjuang untuk menaklukan kekejaman bangsa Tabellarius. Nuta memeluk kerabatnya yang tengah diujung nafasnya, dengan tersenyum Ian melihat dirinya yang berada di tengah medan perang.

Ian : Sepertinya kamu harus ikut berperang Nuta, bukan demi diriku, bukan demi bangsa kita, tapi demi dunia ini yang telah tumbuh busuk dalam peperangan yang tak pernah berakhir.
Nuta : Sudahlah, jangan berbicara lagi. Akan ku bawa dirimu ke tempat pengobatan untuk mengobati mu, Sudah ku katakan aku tak akan berperang.
Ian : Dirimu mungkin bisa berbohong pada ku, tapi coba katakan hal itu pada dirimu sendiri.

Dengan sisa nafas terakhir, dan kata-kata terakhir Ian melepaskan senyuman kepada kerabat dekatnya tersebut.

Entah kata-kata terakhir yang dilontarkan oleh Ian, atau hal lain, namun telah terjadi perubahan didalam diri Nuta, Dia yang dari dulu selalu dapat menutupi diri dengan sempurna. Sesakit apapun, seluka apapun, semenderita apapun dirinya selalu dapat menampilkan wajah biasa bahkan tersenyum namun saat ini raut mukanya menggambarkan kemarahan, kesedihan dan juga kemurkaan yang bahkan jika dilihat oleh bangsa Tabellarius sungguh menakutkan bagi mereka.

Seketika pasukan Tabellarius yang berdiri di sekeliling mereka menjauh dari Ian dan Nuta, kemarahan yang terpancar dari diri Nuta dapat dirasakan oleh pasukan Tabellarius, dengan pedang yang di genggam oleh Ian, Nuta membunuh semua pasukan Tabellarius yang menyerang desa mereka, hingga dirinya berlumuran darah segar dari pasukan bangsa Tabellarius. dan semua orang desa baik dari bangsa Ordinarium, Provisor bahkan bangsa Aspicientis sendiri hanya bisa terdiam dan terpanah dengan kemarahan Nuta.

(Cont)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar